BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagaipermasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semuaitu
membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannyaterdapat
gangguan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapatgangguan mental yang sangat mengggangu dalam hidup
manusia, yang salahsatunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini
bisa terjadi pada siapasaja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada
segala rentang usia. Bagipenderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan,
kengerian, ketidakbahagiaan,serta kebenciaan pada mereka sendiri.Secara umum
sebagian besar wanita mengalami gangguan emosionalsetelah melahirkan.
.
Menurut DSM-IV, gangguan pascasalindiklasifikasikan dalam gangguan mood dan
onset gejalanya adalah dalam 4minggu pascapersalinan.Sebagian perempuan
menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkanadalah
masa-masa sulit yang akan menyebabkan
mereka mengalami tekanansecara emosional. Gangguan-gangguan psikologis
yang muncul akanmengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak
mempengaruhihubungan anak dan ibu di kemudian hari, khususnya pengaruh
penerimaan(respons) ibu terhadap bayi baru lahir.Kelahiran seorang anak
menyebabkan timbulnya suatu tantanganmendasar terhadap struktur interaksi
keluarga yang sudah terbentuk. Menjadiorangtua menciptakan periode
ketidakstabilan yang menuntut perilaku yangmeningkatkan transisi untuk menjadi
orangtua. Orangtua harus menggali Respon
Adaptasi Ibu Nifas Dan Psikologi Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir5
Hubungan
mereka dengan bayi dan mengatur kembali hubungan diantaramereka. Apabila ada
anak lain, orangtua harus menyesuaikan diri merekauntuk juga melibatkan anak
yang lain dan anak-anak yang lebih tua harusmenyesuaikan diri terhadap tuntutan
bayi akan kasih dan orangtua. Bidanyang memahami proses menjadi orangtua,
termasuk penyesuaian orangtua,saudara, dan kakek-nenek dipersiapkan untuk
membantu anggota keluargapada masa transisi untuk menjadi orangtua.
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Tujuan
umumMengetahui respon ibu terhadap bayi baru lahir.2.
2. Tujuan khususa.Mengetahui mengenaibounding attachment antara
ibu dan bayi.b.
3. Mengetahui konsep dasarrooming in
4. Mengetahui respon ayah dan keluarga terhadap kehadiran
bayi barulahir.d.
5.
Mengetahui
mengenaisibling rivarly
.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
v PERUBAHAN
PSIKOLOGI MASA NIFAS
A. Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
Pengalaman menjadi orang
tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang
menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung
jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi sering kali menimbulkan
konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan
emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para
peneliti dan klinis disebut post-partum
blues.
Banyak faktor yang diduga
berperan pada sindrom ini, salah 1 yang penting adalah kecukupan dukungan
sosial dari lingkungannya (terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari
keluarga dan teman khususnya dukungan suami selama periode pascasalin (nifas)
diduga kuat merupakan faktor penting dalam terjadinya post-partum blues. Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa
9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu
nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya
.
Banyak hal menambah beban
hingga membuat seorang wanita merasa down.
Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal
tersebut adalah wajar. Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi
yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu.
v Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut.
1.
fase
taking in
fase taking in yaitu periode ketergantungan
yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada
saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan
waktu yang cukup merupakan dukungan yang
tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada
fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk
memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang
disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase
ini adalah sebagai berikut.
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya
Misalkan : jenis kelamin tertentu, warna kulit, dsb.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang
dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak,
akibat luka jahitan, dsb.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara
merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa
tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu
saja, tetapi tanggung jawab bersama.
2.
Fase
taking hold
Fase taking hold adalah
fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam
berkomunikasi dengan ibu.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat
diri dan bayinya sehingga timbul rasa percaya diri. Tugas sebagai tenaga
kesehatan adalah misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui
yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan
diri, dll
3.
Fase
letting go
Fase letting go
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat
diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan dari suami dan
keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat
bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu
memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus
untuk dapat merawat bayinya.
B.
POST PARTUM BLUES
Melahirkan merupakan salah
satu hal yang paling penting dari peristiwa-peristiwa paling bahagia dalam
hidup bagi seorang wanita. Akan tetapi mengapa sebagian wanita merasa sedih
dengan kelahiran bayinya ? sebanyak 80%dari perempuan mengalami gangguan
suasana hati setelah kehamilan (“melahirkan”). Mereka merasa kecewa, sendirian,
takut, atau tidak mencintai bayi mereka, dan merasa bersalah karena perasaan
ini.
Post pertum blues atau
sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti
sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah
persalinan dengan ditandai gejala-gejala berikut ini.
1. Reaksi depresi/sedih/disforia
2. Sering menangis
3. Mudah tersinggung
4. Cemas
5. Labilitas perasaan
6. Cenderung menyalahkan diri sendiri
7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8. Kelelahan
9. Mudah sedih
10. Cepat marah
11. Mood
mudah berubah, cepat menjadi
sedih, dan cepat pula menjadi gembira
12. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya,
serta bayinya.
13. Perasaan bersalah
14. Pelupa
Puncak dari post
partum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan berlangsung dari beberapa
hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu umum, maka diharapkan tidak dianggap
sebagai penyakit. post partum blues tidak
mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan post partum blues masih bisa merawat
bayinya. Kecendrungan untuk mengembangkan post
partum blues tidak berhubungan dengan penyakit mental sebelumnya dan tidak
disebabkan oleh stress. Namun, stres dan sejarah depresi dapat memengaruhi
apakah post partum blues terus
menjadi depresi besar, oleh karena itu post
partum blues harus segera ditindaklanjuti.
Faktor-faktor
penyebab timbulnya post partum blues adalah
sebagai berikut.
1.
Faktor
hormonal, berupa perubahan kadar esterogen, progesteron, prolaktin, serta
estriol yang terlalu rendah. Kadar esterogen turun secara tajam setelah
melahirkan dan ternyata esterogen memiliki afek supresi aktivitas enzim
non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2.
Ketidaknyamanan
fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita
pascamelahirkan, misalkan: rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada
payudara.
3.
Ketidakmampuan
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
4.
Faktor
umum dan jumlah anak.
5.
Pengalaman
dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6.
Latar
belakang psikososial wanita tersebut misalnya: tingkat pendidikan, kehamilan
yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada
wanita tersebut.
7.
Dukungan
yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua, dan keluarga.
8.
Stres
yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya: karena belum bisa menyusui
bayinya, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
9.
Kelelahan
pascabersalin.
10. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang terjadi pada wanita
tersebut.
11. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut
yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
12. Masalah kecemburuan dari anak yang terdahulunya.
v Beberapa cara untuk mengatasi post partum blues adalah sebagai berikut.
1.
Persiapan
diri yang baik selama kehamilanuntuk menghadapi masa nifas
2.
Komunikasikan
segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
3.
Selalu
membicarakan rasa cemas yang dialami
4.
Bersikap
tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha melakukan peran
barunya sebagai ibu dengan baik
5.
Cukup
istirahat
6.
Menghindari
perubahan hidup yang drastis
7.
Berolahraga
ringan
8.
Berikan
dukungan dari semua keluarga,suami,dan saudara
9.
Konsultasikan
pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi
faktor risiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya
pengawasan.
C. Depresi
Post Partum
Penelitian menunjukkan
100% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya yang tidak mengalami
perubahan emosi.Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bahkan pada beberapa kasus
terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.Penyebab depresi terjadi karena
reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab
kompleks lainnya
Beberapa gejala-gejala
depresi berat adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan
pada mood
2.
Gangguan
pada pola tidur dan pola makan
3.
Perubahan
mental dan libido
4.
Dapat
pula muncul fobia,serta ketakutan akan menyakiti dirinya sendiri dan bayinya.
Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/keluarga
yang pernah mempunyai riwayat kelainan psikiatrik.Selain itu,kemungkinan dapat
terjadi pada kehamilan selanjutnya.
v Berikut ini adalah penatalaksanaan depresi berat
1.
Dukungan
keluarga dan lingkungan sekitar
2.
Terapi
psikologis dari psikiater
3.
Kolaborasi
dengan dokter untuk memberikan antidepresan (perlu diperhatikan pemberian
antidpresan pada wanita hamil dan menyusui)
4.
Jangan
ditinggal sendirian di rumah
5.
Jika
diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit
6.
Tidak
dianjurkan rawat gabung (rooming in)dengan bayinya pada penderita depresi berat
v Beberapa cara untuk mengatasi post partum blues adalah sebagai berikut.
1.
Persiapan
diri yang baik selama kehamilanuntuk menghadapi masa nifas
2.
Komunikasikan
segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
3.
Selalu
membicarakan rasa cemas yang dialami
4.
Bersikap
tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha melakukan peran
barunya sebagai ibu dengan baik
5.
Cukup
istirahat
6.
Menghindari
perubahan hidup yang drastis
7.
Berolahraga
ringan
8.
Berikan
dukungan dari semua keluarga,suami,dan saudara\
9.
Konsultasikan
pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi
faktor risiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya
pengawasan.
D.Respon
Orng Tua Terhadap BBL
Bounding adalah proses pembentukan
sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah
peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan
bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana
diadakan kontak
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu.
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau
loyalitas yang
mengikat individu dengan individu lain. Sedangkan menurut Nelson & May (1996), attachmen merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian
serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
mengikat individu dengan individu lain. Sedangkan menurut Nelson & May (1996), attachmen merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian
serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992), bonding attachment
bersifat unik ,
spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa
ikatan orangtua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa
ikatan orangtua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut
MATERNAL NEONATAL HEALTH Bonding attachment adalah kontak dini secara lngsung
natara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai
dengan postpartum.
Bounding
adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih sayang) oleh
ibu kepada bayinya segera setelah lahir sedangkan attachment adalah interaksi
antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
v Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
a. Pemberian ASI ekslusif
Dengan
dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara
langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu
merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
b. Rawat gabung
Rawat
gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis
bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang
mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI
ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi
ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung
akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c. Kontak mata
Beberapa
ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk
saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat
diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
d. Suara
Mendengar
dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat
mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka
melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara
tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
e. Aroma
Setiap
anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali
aroma susu ibunya.
f. Entrainment
Bayi
mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat
anak mulai bicara.
g. Bioritme
Salah
satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang
tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive
h. Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir,
dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting
susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan
segera.
v Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi
proses Bounding Attachment
1. Kesehatan emosional orang tua
Orang
tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya
proses bounding attachment ini.
2.
Tingkat kemampuan,
komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam
berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing.
Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula
bounding attachment terwujud.
3.
Dukungan sosial
seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan
dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk
memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4.
Kedekatan orang tua
ke anak
Dengan
metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara
langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5.
Kesesuaian antara
orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak
akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
v TAHAP-TAHAP BOUNDING ATTACHMENT
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak
mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat
individu dengan indivudu lain
v PRINSIP-PRINSIP DAN UPAYA MENINGKATKAN BOUNDING
ATTACHMENT
1.
Dilakukan segera
(menit pertama jam pertama).
2.
Sentuhan orang tua
pertama kali.
3.
Adanya ikatan yang
baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.
Kesehatan emosional orang
tua.
5.
Terlibat pemberian
dukungan dalam proses persalinan.
6.
Persiapan PNC
sebelumnya.
7.
Adaptasi.
8.
Tingkat kemampuan,
komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9.
Kontak sedini mungkin
sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa
sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.
Fasilitas untuk
kontak lebih lama.
11.
Penekanan pada
hal-hal positif.
12.
Perawat maternitas
khusus (bidan).
13.
Libatkan anggota
keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan
14.
Informasi bertahap mengenai
bounding attachment.
v Dampak Positif Bounding Attachment
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,
menumbuhkan sikap social
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
v Hambatan Bounding Attachment
1. Kurang support system
2. Ibu dengan risiko
3. Bayi dengan risiko
4. Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan
2. PERAN KEHADIRAN SEORANG AYAH
Pada
awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota
keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati
saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang
unik.n Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang
lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya.
Beberapa
hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi
seorang ayah, diantaranya :
1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga
karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan
juga prihatin yang disebabkan oleh :
·
cemas akan biaya
persalinan dan perawatan bayinya kelak
·
kekhawatiran adanya
kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana
perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.
·
Gelisah tentang
kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai
seorang ayah)
·
Harapan orang tua
tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah
jenis kelamin
v Standardisasi Cara mengevaluasi Interaksi Orang tua –
Bayi
Terdiri
dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan segera setelah
bayi lahir dan kembali selama dua sampai tiga hari periode post partum. Nilai
1-4 diberikan dalam setiap observasi dan nilai tersebut dijumlahkan dalam
setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nilai 10 sampai
12 untuk setiap periode. Interaksi sangat negatif akan memberikan skor 3-6.
Konseling tindak lajut bagi orang tua dengan skor yang rendah merupakan indikasi
untuk mencegah penyalahgunaan akan dan megajarkan cara pengasuhan anak.
v Respon Orang Tua Terhadap Bayi yang Baru Lahir
Kelahiran
anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yuang membawa
perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan
menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan
tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi
namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota
keluarga tersebut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru
lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Kelahiran
adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya.
Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu
ketika ia dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama
kali. Dan masa tenang setelah melahirkan disaat ibu merasa rileks, memberikan
peluang ide la untuk memulai pembentukan ikatan batin.
Seorang
bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat
mencium,. Merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive
terhadapt suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah melahirkan
mereka sangat wasapada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka.
Jika
tidak ada komplikasi yang serius stelah bayi lahir dapat langsug diletakkan di
atas perut ibu , kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun
bayinya telah terjadi sejak masa kehamilanndanpada saat persalinan ikatan itu
akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat menfasilitasi perilaku
ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung
sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orang tua kepada anak dapat
terjadi.
v Prakondisi yang Mempengaruhi Ikatan
Prakondisi
yang mempengaruhi ikatan(mercer, 1996), yaitu:
1. Kesehatan emosional orang tua
2. Sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup,
teman dan keluarga
3. Suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam
member asuhan yang kompeten
4. Kedekatan orang tua dengan bayi
5. Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan,
temperamen, dan jenis kelamin)
v RESPON AYAH DAN KELUARGA
Ayah
mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini
merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian
terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari
dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini
rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami
gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus
dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan
berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman
mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai
ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu
sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat
penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan
persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin
merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain
ini adalah bayinya juga.
Ketika
bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira
serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta
membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan
pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan
penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada
waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20
tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan
terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya
melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat
gabung sampai waktunya membaw pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah
merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan
mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman
emonsional dengan istirnya.
Begitu
seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan
popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno,
pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita. Tidak ada alasan mengapa
seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan
anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk
menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan
dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah
yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.
3. SIBLING RIVALLY
Salah
satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan
itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi
berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Anak mungkin memiliki reaksi
campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru,
takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera
bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua
bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua
memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar
persaingan yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak
mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri
dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi
perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa
keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk
perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih
kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih
besar, lebih kuat dan lebih pandai.
Percekcokan
yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di
antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak
selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik
mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika
mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang
salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan,
waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan
anak lain.
Jika
saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa
yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat
membantu mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta
dasar dari situasi tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang
orang yang ingin dia ketahui ini.
Begitu
bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah
karena bayi akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena
telah memabtu dan bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa
dia juga mempunyai peran baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak
mendapatkan waktu menjadi “orang penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu
dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa
ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk mereka berdua.
Jika
saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa
terncam oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum
dengan proses kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi
yang baru.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita
merasa down. Banyak wanita merasa
tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar.
Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab
menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
v Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut.
·
Fase
taking in
·
Taking
hold
·
Letting
go
Post pertum blues atau
sering juga disebut maternity blues atau
sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu
pertama setelah persalinan
Depresi post partum : Penelitian
menunjukkan 100% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya yang
tidak mengalami perubahan emosi.Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bahkan pada
beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi
bounding
attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan
batin antara orangtua dan bayi.
Sibling
revary :Salah satu peristiwa
kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri
merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan
bagaimana bayi itu dilahirkan.
B.KRITIK
DAN SARAN
Makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Inkjosastro,H.2005.ilmu kebidanan.Jakarta,YBPSP
·
http://sekuracity.blogspot.com/2009/02/perubahan
-fisiologis-pada-masa-nifas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar