Powered By Blogger

Kamis, 19 Juni 2014

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA NIFAS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagaipermasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semuaitu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannyaterdapat gangguan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapatgangguan mental yang sangat mengggangu dalam hidup manusia, yang salahsatunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapasaja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagipenderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan,serta kebenciaan pada mereka sendiri.Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosionalsetelah melahirkan.
. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalindiklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejalanya adalah dalam 4minggu pascapersalinan.Sebagian perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkanadalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanansecara emosional. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul akanmengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhihubungan anak dan ibu di kemudian hari, khususnya pengaruh penerimaan(respons) ibu terhadap bayi baru lahir.Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantanganmendasar terhadap struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk. Menjadiorangtua menciptakan periode ketidakstabilan yang menuntut perilaku yangmeningkatkan transisi untuk menjadi orangtua. Orangtua harus menggali Respon Adaptasi Ibu Nifas Dan Psikologi Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir5







Hubungan mereka dengan bayi dan mengatur kembali hubungan diantaramereka. Apabila ada anak lain, orangtua harus menyesuaikan diri merekauntuk juga melibatkan anak yang lain dan anak-anak yang lebih tua harusmenyesuaikan diri terhadap tuntutan bayi akan kasih dan orangtua. Bidanyang memahami proses menjadi orangtua, termasuk penyesuaian orangtua,saudara, dan kakek-nenek dipersiapkan untuk membantu anggota keluargapada masa transisi untuk menjadi orangtua.
1.2 Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umumMengetahui respon ibu terhadap bayi baru lahir.2.
2.      Tujuan khususa.Mengetahui mengenaibounding attachment antara ibu dan bayi.b.
3.      Mengetahui konsep dasarrooming in
4.      Mengetahui respon ayah dan keluarga terhadap kehadiran bayi barulahir.d.
5.      Mengetahui mengenaisibling rivarly
.

















BAB II
PEMBAHASAN
v  PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA NIFAS
 A. Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
            Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai seorang ibu setelah melahirkan bayi sering kali menimbulkan konflik dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya gangguan emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para peneliti dan klinis disebut post-partum blues.
            Banyak faktor yang diduga berperan pada sindrom ini, salah 1 yang penting adalah kecukupan dukungan sosial dari lingkungannya (terutama suami). Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan teman khususnya dukungan suami selama periode pascasalin (nifas) diduga kuat merupakan faktor penting dalam terjadinya post-partum blues. Ada banyak perubahan yang telah terjadi di masa 9 bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya
.
            Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu.
v  Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
1.      fase taking in
fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu  yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.
           




Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut.
a.       Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya
Misalkan : jenis kelamin tertentu, warna kulit, dsb.
b.      Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dsb.
c.       Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d.      Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
2.      Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul rasa percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dll


3.      Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
            Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
B. POST PARTUM BLUES
            Melahirkan merupakan salah satu hal yang paling penting dari peristiwa-peristiwa paling bahagia dalam hidup bagi seorang wanita. Akan tetapi mengapa sebagian wanita merasa sedih dengan kelahiran bayinya ? sebanyak 80%dari perempuan mengalami gangguan suasana hati setelah kehamilan (“melahirkan”). Mereka merasa kecewa, sendirian, takut, atau tidak mencintai bayi mereka, dan merasa bersalah karena perasaan ini.
            Post pertum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala berikut ini.
1.      Reaksi depresi/sedih/disforia
2.      Sering menangis
3.      Mudah tersinggung

4.      Cemas
5.      Labilitas perasaan
6.      Cenderung menyalahkan diri sendiri
7.      Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8.      Kelelahan
9.      Mudah sedih
10.  Cepat marah
11.  Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi gembira
12.  Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya.
13.  Perasaan bersalah
14.  Pelupa
Puncak dari post partum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu umum, maka diharapkan tidak dianggap sebagai penyakit. post partum blues tidak mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan post partum blues masih bisa merawat bayinya. Kecendrungan untuk mengembangkan post partum blues tidak berhubungan dengan penyakit mental sebelumnya dan tidak disebabkan oleh stress. Namun, stres dan sejarah depresi dapat memengaruhi apakah post partum blues terus menjadi depresi besar, oleh karena itu post partum blues harus segera ditindaklanjuti.
            Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues adalah sebagai berikut.
1.      Faktor hormonal, berupa perubahan kadar esterogen, progesteron, prolaktin, serta estriol yang terlalu rendah. Kadar esterogen turun secara tajam setelah melahirkan dan ternyata esterogen memiliki afek supresi aktivitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2.      Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pascamelahirkan, misalkan: rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara.
3.      Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
4.      Faktor umum dan jumlah anak.
5.      Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinannya.
6.      Latar belakang psikososial wanita tersebut misalnya: tingkat pendidikan, kehamilan yang tidak diinginkan, status perkawinan, atau riwayat gangguan jiwa pada wanita tersebut.
7.      Dukungan yang diberikan dari lingkungan, misalnya dari suami, orang tua, dan keluarga.
8.      Stres yang dialami oleh wanita itu sendiri misalnya: karena belum bisa menyusui bayinya, rasa bosan terhadap rutinitas barunya.
9.      Kelelahan pascabersalin.
10.  Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang terjadi pada wanita tersebut.
11.  Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
12.  Masalah kecemburuan dari anak yang terdahulunya.
v  Beberapa cara untuk mengatasi post partum blues adalah sebagai berikut.
1.      Persiapan diri yang baik selama kehamilanuntuk menghadapi masa nifas
2.      Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
3.      Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami
4.      Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha melakukan peran barunya sebagai ibu dengan baik
5.      Cukup istirahat
6.      Menghindari perubahan hidup yang drastis
7.      Berolahraga ringan
8.      Berikan dukungan dari semua keluarga,suami,dan saudara
9.      Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi faktor risiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya pengawasan.
C. Depresi Post Partum
            Penelitian menunjukkan 100% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya yang tidak mengalami perubahan emosi.Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi.Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab kompleks lainnya
            Beberapa gejala-gejala depresi berat adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan pada mood
2.      Gangguan pada pola tidur dan pola makan
3.      Perubahan mental dan libido
4.      Dapat pula muncul fobia,serta ketakutan akan menyakiti dirinya sendiri dan bayinya.
Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/keluarga yang pernah mempunyai riwayat kelainan psikiatrik.Selain itu,kemungkinan dapat terjadi pada kehamilan selanjutnya.
v  Berikut ini adalah penatalaksanaan depresi berat
1.      Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar
2.      Terapi psikologis dari psikiater
3.      Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan (perlu diperhatikan pemberian antidpresan pada wanita hamil dan menyusui)

4.      Jangan ditinggal sendirian di rumah
5.      Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit
6.      Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in)dengan bayinya pada penderita depresi berat
v  Beberapa cara untuk mengatasi post partum blues adalah sebagai berikut.
1.      Persiapan diri yang baik selama kehamilanuntuk menghadapi masa nifas
2.      Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
3.      Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami
4.      Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha melakukan peran barunya sebagai ibu dengan baik
5.      Cukup istirahat
6.      Menghindari perubahan hidup yang drastis
7.      Berolahraga ringan
8.      Berikan dukungan dari semua keluarga,suami,dan saudara\
9.      Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi faktor risiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya pengawasan.
D.Respon Orng Tua Terhadap BBL
1.      Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.


Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak,
saat pertama kali mereka bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang
mengikat individu dengan individu lain. Sedangkan menurut Nelson & May (1996), attachmen merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian
serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992), bonding attachment bersifat unik ,
spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa
ikatan orangtua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan
selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut MATERNAL NEONATAL HEALTH Bonding attachment adalah kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

v  Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
a.       Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.



b.      Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c.       Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
d.      Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
e.       Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.




f.       Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
g.      Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive
h.      Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.

v  Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi proses Bounding Attachment
1.      Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.




3.      Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4.      Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5.      Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
v  TAHAP-TAHAP BOUNDING ATTACHMENT
1.      Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2.      Bounding (keterikatan)
3.      Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan indivudu lain
v  PRINSIP-PRINSIP DAN UPAYA MENINGKATKAN BOUNDING ATTACHMENT

1.      Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2.      Sentuhan orang tua pertama kali.
3.      Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.      Kesehatan emosional orang tua.
5.      Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6.      Persiapan PNC sebelumnya.
7.      Adaptasi.
8.      Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.

9.      Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.  Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11.  Penekanan pada hal-hal positif.
12.  Perawat maternitas khusus (bidan).
13.  Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan
14.  Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
v  Dampak Positif Bounding Attachment
1.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
2.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
v  Hambatan Bounding Attachment
1.      Kurang support system
2.      Ibu dengan risiko
3.      Bayi dengan risiko
4.      Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan

2.      PERAN KEHADIRAN SEORANG AYAH
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.n Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya.




Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1.      Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2.      Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :
·         cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
·         kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.
·         Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
·         Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis   kelamin

v  Standardisasi Cara mengevaluasi Interaksi Orang tua – Bayi

Terdiri dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan segera setelah bayi lahir dan kembali selama dua sampai tiga hari periode post partum. Nilai 1-4 diberikan dalam setiap observasi dan nilai tersebut dijumlahkan dalam setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nilai 10 sampai 12 untuk setiap periode. Interaksi sangat negatif akan memberikan skor 3-6. Konseling tindak lajut bagi orang tua dengan skor yang rendah merupakan indikasi untuk mencegah penyalahgunaan akan dan megajarkan cara pengasuhan anak.





v  Respon Orang Tua Terhadap Bayi yang Baru Lahir
Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yuang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dan masa tenang setelah melahirkan disaat ibu merasa rileks, memberikan peluang ide la untuk memulai pembentukan ikatan batin.
Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium,. Merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadapt suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah melahirkan mereka sangat wasapada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka.
Jika tidak ada komplikasi yang serius stelah bayi lahir dapat langsug diletakkan di atas perut ibu , kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya telah terjadi sejak masa kehamilanndanpada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat menfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orang tua kepada anak dapat terjadi.






v  Prakondisi yang Mempengaruhi Ikatan
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan(mercer, 1996), yaitu:
1.      Kesehatan emosional orang tua
2.      Sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman dan keluarga
3.      Suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten
4.       Kedekatan orang tua dengan bayi
5.      Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin)
v  RESPON AYAH DAN KELUARGA
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.





Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membaw pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita. Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari.









3.      SIBLING RIVALLY
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaingan yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih pandai. 
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.





Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui ini.
Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi “orang penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk mereka berdua.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.










BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir.
v  Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
·         Fase taking in
·         Taking hold
·         Letting go
Post pertum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah persalinan
Depresi post partum :  Penelitian menunjukkan 100% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%-nya yang tidak mengalami perubahan emosi.Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi
bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Sibling revary :Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan.
B.KRITIK DAN SARAN
Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.












DAFTAR PUSTAKA
·         Inkjosastro,H.2005.ilmu kebidanan.Jakarta,YBPSP
·         http://sekuracity.blogspot.com/2009/02/perubahan -fisiologis-pada-masa-nifas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar