BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Ibu
Nifas
Pemeriksaan
fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang
dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan
terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan
untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah normal ataukah terdapat abnormalitas
yang disebabkan oleh proses persalinan.
A. Tanda-tanda vital
· Tujuan
Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi, pernafasan
dan tekanan darah. Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data
dasar memantau perubahan status kesehatan klien diaantaranya tanda adanya
infeksi.
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan darah
menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila
tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang
bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
Segera setelah
melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil
selama beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi
pascapartum, komplikasi
yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4
setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua
sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas. Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat pada hari kedua sampai hari
kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah
60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.Pada ibu yang
nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala
shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh. Denyut nadi
yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama beberapa jam
pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau
hemoragi pascapartum lambat.
d.
Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.Mengapa demikian, tidak lain karena
ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada
respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari
tanda-tanda syok. Fungsi pernafasan kembali pada rentang
normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan
cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
e. Keadaan Umum : Tingkat
energi, self esteem, tingkat kesadaran.
f. Kepala,wajah dan leher
a). Pemeriksaan Wajah
· Tujuan
Untuk mengenditifikasi adanya tanda anemis, eklampsi
postpartum biasa terjadi 1-2 hari postpartum.
· Cara Kerja
1). Inspeksi muka : Simetris, warna kulit muka, ekspresi
wajah dan pembengkakan
daerah wajah dan kelopak
mata.
2). Inspeksi konjungtiva, dengan cara:
a). Anjurkan pasien untuk melihat
lurus kedepan
b). Tarik kelopak mata bagian bawah
ke bawah dengan menggunakan ibu jari.
c).Amati
konjungtiva, untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan/atau keadaan
vaskularisasinya.
b). Pemeriksaan Leher
·
Tujuan
Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan, jika ada
panas sebagai diagnose banding.
·
Cara Kerja
1). Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan
leher serta pergerakannya.
2). Palpasi pada nodus limfe dengan cara:
a). Duduk dihadapan pasien
b). Anjurkan pasien untuk menengadah
kesamping menjauhi pemeriksaan sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan
relaks.
c). Lakukan palpasi secara sistematis dan
determinasikan menurut lokasi, batas-batas dan ukuran, bentuk dan nyeri tekan
pada setiap kelompok kelenjar limfe: Submandibular (ditengah-tengah antara
sudut dan ujung mandibular) dan sub mental (pada garis tengah beberapa cm
dibelakang ujung mandibula). Periksa ekspresi wajah, adaya oedema,
sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran
kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.
B. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah
terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu
apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak. Auskultasi
jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan
ibu, atau perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian
payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan, Pembesaran,
simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting,
posisi bayi pada payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum,
apakah payudara terisi susu, Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,
nyeri, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis
potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
Pemeriksaan
payudara
Tujuan:
Sebagai pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaa payudara prenatal dan segera
setelah melahirkan apakah ada komplikasi postpartum misalnya bendungan pada
payudara (3-5 hari postpartum), abses payudara, mastitis (3-4 minggu
postpartum)
Cara
Pemeriksaan
1).
Inspeksi Payudara:
a. Cek
kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pasa dan tepat dalam
menyanggapayudara
b. Bantu
pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua
tangan
rileks di sisi tubuh
c. Inspeksi kulit payudara mengenai
warna, lesi, vaskularisasi dan udema
d. Inspeksi Epitelium putting: Karakteristik
ukuran (kecil,besar), bentuk (menonjol, datar, mendelep), pengeluaran cairan
dan banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah) dan luka/lecet pada putting susu.
2).
Palpasi payudara untuk memastikan
a. Lakukan
palpasi di sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya keluaran. Bila
adanya maka identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,
konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.
b. Angkat dan lipat tangan pasien Palpasi
daerah klavikula dan ketiak terutama pada area
limfe nodi
c. Lakukan palpasi setiap payudara dengan
teknis bimanual terutama untuk payudara yang beukuran besar dengan cara:
pertama tekankan telapak tangan tiga jari tengah ke permukaan payudara
pada kuadran
samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari
tepi
menuju areola dan memutar searah jarum jam.
d. Lakukan payudara
sebelahnya.
C. Uterus
- Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri
- Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
- Apakah konsistensinya lunak atau keras
- Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
- Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya
yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke
bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua jari berarti
diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti abnormal.Cara
penanganan diastasis rectie adalah dengan operasi ringan (tometock)
D. Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila
terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,bantu ibu
dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila
berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin
perlu dilakukan pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka
lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
E. Genitalia
- Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
- Hematom vulva (gumpalan darah)
- Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat
- Lihat kebersihan pada genitalia ibu
Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya
karna pada maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
F. Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan
kedua tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
- Jahitan laserasinya
Sebelum
melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada bagian
jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat tampak
lebih jelas
- Oedema atau tidak
- Hemoroid pada anus
- Hematoma (Pemb
- engkakan jaringan yang isinya darah)
G. Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada: Varises,oedema,Reflek
patella,nyeri tekan atau panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya
dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar
lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan
tersebut,tanda Homan (+).
Perubahan
psikologis
Setelah proses
persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu dimana ibu kini mempunyai
bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam perubahan
psikologis terdapat beberapa periode :
1. Periode Taking
In
a) Periode
ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia khawatir
akan
tubuhnya.
b) Ibu
akan mengulang-ngulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
c) Tidur
tanpa gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gannguan tidur, pusing,
iritabel,
interference dengan proses pengembalian keadaan normal.
d) Peningkatan
nutrisi
2. Periode Taking
Hold
a) Periode
ini berlangsung pada hari 2-4 post partum.
Ibu menjadi perhatian pada ke mampuannya menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab bayinya.
b) Ibu
konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, buang air kecil, buang air
besar, keluatan, dan
ketahanan tubuhnya.
c) Ibu
berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan tentang perawatan bayi misalnya :
menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
d) Pada
masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut,
cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting memperhatikan
perubahan yang mungkin terjadi.
3. Periode letting
Go
a) Terjadi setelah di rumah
b) Tanggung
jawab ibu dalam merawat bayi
l. Data
pengetahuan/perilaku ibu
Kaji
pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi
ekslusif cara menyusui, KB serta hal-hal lain yang penting diketahui ibu
dalam masa nifas dan meyusui.
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi
uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi,
tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan
kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payudara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali
kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
I. Pengkajian
Pengkajian
atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a.Data
Subyektif
1.
Biodata
yang mencakup identitas pasien
a.
Nama
Nama
jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
f. Suku / bangsa
Berpengaruh pada adapt istiadat atau kebiasaan sehari
hari.
g. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
h. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui
masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
3. Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat
kesehatan yang lalu
Data
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa
nifas dan bayinya.
c. Riwayat
kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4. Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji
adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga
akan mempengaruhi proses nifas.
5. Riwayat Obstetrik
a.
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat Persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang
bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui
apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui
pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang akan menguntungkan atau
merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8. Data Psikososial
8. Data Psikososial
Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.Cukup sering ibu menunjukan
depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut
sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang
paling menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b. Rasa sakit masa
nifas awal.
c. Kelelahan karena
kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah sakit. Di
Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan
perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada ketetapan untuk berada di Ruang.
d. Kecemasan pada
kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya
.9. Data
Pengetahuan
Untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga
akan menguntungkan selama masa nifas.
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
a.
Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b.
Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu
luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
d. Personal hygiene
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan
lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi
sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat – alat reproduksi.
b. Data Obyektif
Dalam
menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data
untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen – komponen pengkajian data obyektif ini adalah :
1. Vital sign
Ditujukan untuk
mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
a. Temperatur / suhu
a. Temperatur / suhu
Peningkatan
suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain
itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama
awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 º C adalah mengarah ke
tanda – tanda infeksi.
b. Nadi dan
pernafasan
1). Nadi berkisar
antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan .
2). Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
3). Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan .
2). Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
3). Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan .
4). Pernafasan
harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.
c. Tekanan darah
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain yang menyertainya
dalam 2 bulan pengobatan .
2. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik
dari ujung rambut sampai ujung kaki.
3. Pemeriksaan
obstetric
a.
Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.
b.
Palpasi
Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU,
kontraksinya dan lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan,
pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting.
c.
Perkusi
Bagaimana keadaan reflek patella.
4. Data penunjang
I. Intepretasi Data
Mengidentifikasi
diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh
bidan.
A. Diagnosa
Kebidanan
Diagnosa dapat
ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan
keadaan nifas.
Data dasar meliputi
:
1.
Data
Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhannya.
2.
Data
Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi,
hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda –
tanda vital.
B. Masalah
Permasalahan yang
muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi
:
1.
Data
Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
II. Diagnosa
Potensial
Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang
aman penting sekali dalam hal ini.
III. Antisipasi Masalah
III. Antisipasi Masalah
Langkah ini
memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
IV. Perencanaan
Langkah-langkah ini
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diluhat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juaga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan,
konseling dari rujukan untuk masalah-masalah social, ekonomi atau masalah
psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah
A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
B. Kebersihan diri
A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
B. Kebersihan diri
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah
genetalia.
2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Cukup istirahat
2. Beri pengertian manfaat istirahat
3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Makan bergisi, bermutu dan cukup kalori.
2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi.
4. Minum vitamin A (200.000 unit)
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Jaga kebersihan payudara
3. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.
V. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.
A. Mengobservasi meliputi
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda – tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi).
4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi uterus.
6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
B. Kebersihan diri
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Mengkonsumsi makanan yang bergisi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.
2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Menjaga kebersihan payudara
3. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya.
2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Cukup istirahat
2. Beri pengertian manfaat istirahat
3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Makan bergisi, bermutu dan cukup kalori.
2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi.
4. Minum vitamin A (200.000 unit)
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Jaga kebersihan payudara
3. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.
V. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.
A. Mengobservasi meliputi
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda – tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi).
4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi uterus.
6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
B. Kebersihan diri
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Mengkonsumsi makanan yang bergisi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.
2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Menjaga kebersihan payudara
3. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan
data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post
partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah
normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan.
Asuhan
kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan
atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana(Depkes RI ,1999).
Manajemen
kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang bermitra
dengan perempuan bidan hrus bisa memberikan asuhan yang baik bagi ibu-ibu
postpartum. Bidan melakukan manajemen kebidanan dengan benar dan melakukan
pengkajian fisik dan psikososial sesuai dengan yang dialami oleh ibu. Dan
mengkaji riwayat kesehatan, serta pemeriksaan fisik yang sitematis terhadap
ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Anggraini
Yetti, S.ST.,SKM. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar